A. Pengertian Buku Fiksi dan Nonfiksi
Buku fiksi adalah sebuah buku yang berisi cerita terkait
kejadian yang tidak nyata atau tidak pernah benar-benar terjadi. Jadi bisa
dikatakan, bahwa buku fiksi adalah jenis buku yang berisi cerita khayalan atau
rekaan hasil dari pengarang atau penulisnya. Umumnya, buku fiksi memiliki
tujuan untuk menghibur dan membawa pembaca masuk ke dalam imajinasi yang dibuat
penulis. Sedangkan buku nonfiksi merupakan sebuah buku yang berisi tulisan
berdasarkan data dan fakta atau sesuatu yang benar-benar terjadi. Karena itu,
orang yang menulis sebuah buku nonfiksi memiliki tanggung jawab terkait dengan
isi dari hasil pemikiran dan informasi yang diberikan. Para penulis buku
nonfiksi pun tidak wajib memiliki imajinasi yang kuat, namun penulis buku hanya
perlu ahli dalam bidang yang ditulisnya.
B. Peta Konsep Isi Buku
Catatan
tentang isi buku atau bacaan banyak sekali manfaatnya. Apalagi kalau kamu
bermaksud membahas kembali isi bacaan itu. Kamu perlu melakukan persiapan, di
antaranya berupa catatan tentang pokok-pokok isi buku yang akan didiskusikan.
Catatan yang kamu buat akan lebih mudah dibahas kembali apabila disajikan dalam
bentuk peta konsep.
Isi
buku pada umumnya terdiri atas beberapa bab dan di dalam setiap bab terbagi
pula ke dalam beberapa sub bab. Pada setiap sub-babnya juga kembali dirinci ke
dalam beberapa bagian lagi. Pembahasan isi buku seperti itu akan lebih mudah
apabila disajikan ke dalam suatu pemetaan yang sering disebut dengan peta
konsep.
Berikut contoh-contoh penyajiannya.
Dengan pemetaan seperti itu, isi
keseluruhan buku itu bisa tergambarkan dengan jelas; begitu pun dengan susunan
dan perinciannya.
Peta konsep terhadap isi suatu buku dapat pula disajikan sebagai berikut.
Isi setiap bab dalam sebuah buku dapat
lebih diperjelas dengan peta konsep seperti di atas. Satu bab disajikan dalam
satu bagan sehingga sistematikanya bisa lebih terperinci. Hubungan
antarbagiannya pun akan lebih mudah dipahami.
Akan
tetapi, untuk buku-buku cerita semacam novel ataupun buku kumpulan
cerpen/dongeng, akan lebih mudah dipahami apabila disajikan dalam bentuk bagan
alur. Dengan begitu rangkaian cerita yang ada pada buku itu akan lebih jelas
dan mudah terpahami.
Pada
setiap bagiannya itu, kemudian diisi dengan catatan-catatan ringkas. Misalnya,
pada bagian pengenalan: 1) apa yang disampaikan pengarangnya, 2) gambaran
tentang tokoh siapa, dan 3) di mana cerita itu bermula. Pada bagian pengenalan
peristiwa, perlu dicatat tentang latar belakang masalah yang dihadapi tokoh
utamanya. Pada bagian konflik, diceritakan masalah yang dialami tokoh utama,
penyebab, dan reaksi yang dilakukan tokoh tersebut.
C. Teknik Membaca untuk Menemukan Isi Pokok Buku
Pemahaman
tentang isi suatu buku secara keseluruhan dapat terus ditingkatkan dengan
latihan membaca cepat. Teknik membaca cepat dilakukan dengan gerakan mata yang
menyapu halaman demi halaman suatu buku dengan kecepatan tinggi. Membaca cepat
dilakukan dengan berbagai teknik. Salah satu di antaranya teknik fiksasi.
Berikut langkah-langkah membaca dengan teknik fiksasi.
1. Sediakan
kertas yang diberi gambar berupa titik-titik.
2. Gerakan tatapan mata dengan mengikuti titik-titik hitam itu secara cepat.
Teknik fiksasi sebagai salah satu
cara meningkatkan kecepatan membaca
3. Ulangi
latihan itu berkali-kali dengan titik-titik hitam yang semakin dijarangkan.
4. Terapkanlah
latihan itu terhadap bahan bacaan yang sesungguhnya. Bacalah halaman demi
halaman bacaan itu secara cepat. Tidak setiap kata kamu baca, tetapi baris atau
kata tertentu saja. Misalnya, pada baris pertama saja, baris terakhir saja,
atau bagian-bagian lain yang kamu anggap penting dalam halaman itu.
Proses
membaca cepat dapat dilakukan dalam berbagai teknik. Pemilihan teknik membaca
bergantung pada jenis bacaannya. Bentuk zig-zag digunakan untuk teks yang
sulit, bentuk spiral untuk teks yang agak sulit, dan bentuk diagonal ataupun
vertikal untuk teks yang mudah, misalnya kamus ataupun surat kabar.
Komentar
Posting Komentar